Apa yang dipilih oleh Nabi Sulaiman as ketika di tawari oleh Allah SWT antara harta tahta dan ilmu?

REPUBLIKA.CO.ID, Demikian pentingkah ilmu dalam hidup? Andai kita analogikan, ilmu adalah obor di malam yang gelap gulita. Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila seseorang berjalan di malam hari tanpa adanya penerang. 

Begitu pun hidup ini. Orang akan sengsara, stres, bahkan putus asa, menjalaninya andai tidak disertai dengan ilmu. Maka pantaslah kalau Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa menginginkan dunia harus dengan ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat harus dengan ilmu. Barang siapa menginginkan keduanya (dunia akhirat), maka harus dengan ilmu". 

Begitulah, hidup ini adalah surga bagi orang yang berilmu. Apapun yang ada, harta, jabatan, bahkan surga, hanya bisa kita raih dengan ilmu.

Sebuah kisah menarik terjadi ketika Nabi Sulaiman diberi dua pilihan; memilih ilmu atau istana berlapis emas (harta). Beliau pun memilih yang pertama; ilmu. Ternyata, dengan ilmu itulah Nabi Sulaiman mampu mendapatkan harta yang melimpah dan istana yang megah. Bagaimana jadinya andai ia memilih harta? Belum tentu ia mendapatkan ilmu. 

Karena itu Imam Ali karamallahu wajha berkata, "Ilmu lebih baik daripada harta, karena Anda akan sibuk menjaga harta itu, sedangkan ilmu akan menjaga Anda. Harta habis bila diberikan, sedangkan ilmu akan bertambah kalau diberikan. Ilmu adalah kuasa, sedang harta dikuasai. Penumpuk harta akan mati, meskipun dalam hidupnya, sedang ulama (ilmuwan) tetap hidup sepanjang jaman. Walau pada zahirnya mereka sudah tiada, tetapi pengaruh mereka tetap abadi di hati". 

Demikian tinggi derajat orang berilmu dalam pandangan Allah, hingga diibaratkan seperti bintang di langit yang mencahayai sekitarnya. Bahkan perbandingan antara ahli ibadah dengan ahli ilmu, bagaikan perbandingan bumi dengan langit. Demikian tingginya. Maka tidak mengherankan bila dalam Alquran perintah menuntut ilmu (yang berkaitan dengan penggunaan akal pikiran) jauh lebih banyak daripada perintah sholat.

sumber : Pusat Data Republika

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Karena,harta dapat dicari sedang ilmu sulit cari,makanya kita harus menghormati guru guru yang sudah mengajari kita,dari belum bisa menulis,membaca menjadi bisa dan mungkin salah satu dari kita adalah tokoh masyarakat.Yang pada awalnya juga membutuhkan seorang guru. Maaf kalo slah,smg membantu

Kalau nabi sulaiman memilih harta,pasiti dia akan kaya tetapi tidak memiliki ilmu yg bermanfaat bagi semua orang

ANTARA ILMU DAN HARTA

Ilmu lebih utama dari pada harta. Nabi Sulaiman pernah diberi pilihan antara ilmu, harta dan tahta. Beliau memilih ilmu dan akhirnya harta dan tahtapun ikut dia miliki. Ini membuktikan bahwa ilmu bisa menarik harta dan tahta. Kanjeng Nabi Muhammad SAW bagaikan gedung ilmu dan Shohabat Ali r.a adalah pintunya.

Ketika kaum khowarij (kelompok yang keluar dari kelompok Shohabat Ali r.a dan kelompok Shohabat Mu’awiyah r.a) mendengar Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi gedung ilmu adalah aku (Nabi Muhammad SAW) dan Ali adalah pintunya. Mereka dengki terhadap Shohabat Ali r.a, karena itu mereka mengumpulkan 10 pembesar dari golongannya untuk mengajukan satu pertanyaan yang sama, apabila dari satu pertanyaan Shohabat Ali r.a dapat menjawab dengan jawaban satu dengan alasan berbeda, maka Hadist tadi benar adanya. Pertanyaannya adalah antara ilmu dan harta mana yang lebih utama?.

Orang pertama mendatangi Shohabat Ali r.a.

“antara ilmu dan harta mana yang lebih utama?” Tanya orang pertama.

“Ilmu yang lebih utam” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa buktinya” orang pertama menanyakan alasannya.

“ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qorun, Syaddad dan fir’aun(orang kafir penggila harta). Orang pertama pergi atas jawaban Shohabat Ali r.a. Tidak beberapa lama datanglah orang kedua, dan menanyakan hal yang sama.

“lebih utama mana, ilmu ataukah harta?” ucapnya.

“ilmu lebih utama dari pada harta” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa alasannya?” ucap orang kedua.

“ilmu bisa menjaga orang yang memilikinya, tapi orang yang memiliki harta, dia harus menjaga harta tersebut. Orang kedua pergi setelah mendengar jawaban Shohabat Ali r.a. Datanglah orang berikutnya, bertanya seperti yang pertama dan kedua.

“ilmu lebih utama dari pada harta” jawab Shohabat Ali r.a.

“harta ketika digunakan akan berkurang, sedangkan ilmu akan bertambah ketika digunakan atau diajarkan” shohabat Ali r.a member alasannya. Setelah orang ketiga pergi, datanglah yang keempat. Pertanyaannya seperti yang lainnya. Jawaban Shohabat Ali r.a tetap sama ilmu lebih utama dari pada harta.

“pemilik harta dipanggil dengan sebutan bakhil (pelit) dan dicaci, pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulya”. Shohabat Ali r.amenjawab alasannya. Pergilah orang keempat dengan jawabannya dan datanglah orang kelima.

“wahai Ali, lebih utama mana? Ilmu ataukah harta?”. Tanya orang kelima.

“ilmu yang lebih utama” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa buktinya?” Orang itu bertanya kembali.

“harta harus dijaga dari pencuri, ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri”. Dia pergi, datanglah orang keenam. Mengajukan pertanyaan seperti orang sebelumnya. Jawaban Shohabat Ali r.a tetap sama. “pemilik harta akan dihisab (dimintai pertanggung jawaban) atas hartanya di waktu hari Kiamat, sedangkan pemilik ilmu akan bisa memberi syafa’at (pertolongan) di hari kiamat”. Alasan Shohabat Ali r.a. orang keenam pergi datang lagi orang ketujuh.

“lebih utama mana antara ilmu ataukah harta wahai Ali?” Tanya orang ketujuh.

“ilmu yang lebih utama” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa buktinya?” sahut orang ketujuh.

“harta bisa rusak tapi ilmu tidak akan bisa rusak selamanya” jawab Shohabat Ali r.a. Orang ketujuh pergi atas jawaban Shohabat Ali r.a. Tidak beberapa lama datanglah orang kedelapan, dan menanyakan hal yang sama.

“lebih utama mana, ilmu ataukah harta?” ucapnya.

“ilmu lebih utama dari pada harta” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa alasannya?” ucap orang kedelapan.

“harta menyebabkan kerasnya hati, tetapi ilmu menerangi hati” alasan Shohabat Ali r.a. Orang kedelapan pergi setelah mendengar jawaban Shohabat Ali r.a. Datanglah orang berikutnya, bertanya seperti orang kedelapan.

“ilmu lebih utama dari pada harta” jawab Shohabat Ali r.a.

“pemilik harta bisa mengku Tuhan sebab hartanya (Fir’aun), sebaliknya, pemilik ilmu mengaku sebagai hamba. Shohabat Ali r.a memberi alasannya. orang kesembilan dengan jawabannya dan datanglah orang terakhir.

“wahai Ali, lebih utama mana? Ilmu ataukah harta?”. Tanya orang kesepuluh.

“ilmu yang lebih utama” jawab Shohabat Ali r.a.

“apa buktinya?” Orang itu bertanya kembali.

“pemilik harta lebih banyak musuh dari pada teman, sedangkan pemilik ilmu lebih banyak teman dari pada musuh” jawab Shohabat Ali r.a.

Terakhir kalinya Shohabat Ali berkata : “seumpama semua manusia bertanya kepadaku dengan pertanyaan sama, aku akan memberi jawaban satu dengan alasan yang berbeda selama aku masih hidup”. Seketika itu sepuluh orang tadi datang dan kembali masuk islam.


Lihat Dongeng Selengkapnya

Penulis Novita | Ditayangkan 10 May 2017

Sesuai dengan firman Allah SWT menjelaskna :
Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Mujaadilah: 11) Dan “Tuhanku, tambahkanlah  kepadaku ilmu pengetahuan (Thaahaa: 114)
Disuatu ketika Nabi Sulaiman ditawari oleh Allah untuk memilih antara ilmu, harta, dan tahta. Nabi Sulaiman dengan tegas menjawab lebih memilih ilmu, dan pilihan tersebut terbukti terbaik.  Dengan pilihan itu juga, Nabi Sulaiman akhirnya mendapatkan harta dan tahta sebagai raja, bahkan wanita atas kehendak dan sepersetujuan Allah SWT.  Nabi Sulaiman adalah raja yang sangat kaya dengan wilayah kekuasaan yang begitu sangat luas.  Memerintah dengan adil dan bijaksana, sehingga Raja-raja negara lain pun menaruh hormat kepadanya. Nabi Sulaiman a.s. yang tercatat dalam sejarah sebagai nabi yang cerdas, kaya raya, berkuasa dan shalih.  Ada hadits yang mengisahkan tentang nabi Sulaiman:
Sulaiman diberi pilihan antara harta, kerajaan, atau ilmu. Maka Sulaiman memilih ilmu. Lalu dengan sebab memilih ilmu (pada akhirnya) dia diberi kerajaan dan harta.”  (H.R. Ibnu ‘Asakir dan ad-Dailami)

BACA JUGA Pantaskah kalian para laki-laki mengatakan jika wanita itu racun dunia? Luangkan Waktumu Untuk Membaca Ini Agar Hidupmu Lebih Menghargai Wanita

Dalam hadits berisi, Nabi Sulaiman lebih memilih ilmu daripada harta dan kerajaan.  Ini adalah pilihan yang sangat tepat.  Nabi Sulaiman paham bahwa ilmu itu tidak seperti harta dan tahta,ilmu itu ringan dibawa ke mana-mana.  Ilmu itu seperti biji yang tumbuh menjadi pohon yang kemudian menghasilkan buah yang segar dan bermanfaat.  Ilmu juga cahaya yang menyingkirkan duri dan gelapnya jalan menuju tujuan sehingga kita tahu mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah.Mana arah ke surga mana arah ke neraka. Mana jalan menuju kaya dan mana jalan menuju kemelaratan.  Keputusan yang diambil, akan membawa dampak pada masing-masing manusia. Berbekal ilmu yang luas, Nabi Sulaiman berhasil menguasai dunia bukan dikuasai dunia. Nabi Sulaiman berhasil menjadi raja yang cerdas dan kaya raya.  Pada akhirnya ilmu, harta, tahta dan wanita, semua sudah dicapainya. Begitulah fakta dan realitas bahwa orang berilmu derajatnya lebih tinggi daripada yang tidak berilmu.Rentang waktu tujuan hidup yang masuk dalam komponen, pertimbangan akan sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilihnya. Orang dengan pertimbangan kebahagiaan jangka pendek dan mereka yang pandangan hidupnya pendek tentu tidak akan memilih ilmu. Mungkin kita termasuk yang ada di dalamnya.Sebuah Hadist mengkisahkan bahwa suatu tempo Nabi Muhammad SAW mendatangi pintu masjid, di situ beliau melihat setan berada di sisi pintu masjid. Kemudian Nabi SAW bertanya,
Wahai Iblis apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Maka Setan menjawab,
Saya akan masuk ke dalam masjid dan akan merusak shalat orang yang sedang shalat ini, tetapi saya takut pada seorang lelaki yang sedang tidur ini.
Lalu Nabi Muhammad SAW berkata,
Wahai Iblis, kenapa kamu bukan takut pada orang yang sedang shalat, padahal dia dalam keadaan ibadah dan bermunajat pada Tuhannya, dan justru takut pada orang yang sedang tidur, padahal dia dalam posisi tidak sadar?
Iblis pun menjawab,
Orang yang sedang shalat bodoh, mengganggu shalatnya begitu mudah. Akan tetapi orang yang sedang tidur ini orang alim (pandai)."

Dari Ibnu Abbas radliyallâhu ‘anh, Nabi Muhammad SAW bersabda,
Nabi Sulaiman pernah diberi pilihan antara memilih ilmu dan kekuasaan, lalu beliau memilih ilmu. Selanjutnya, Nabi Sulaiman diberi ilmu sekaligus kekuasaan.

Bersumber dari Abi Hurairoh radliyallâhu ‘anh, Nabi Muhammad SAW bersabda,
Barangsiapa pergi menuntut ilmu maka Allah akan menunjukkannya jalan menuju surga. Sesungguhnya orang alim senantiasa dimintakan ampunan untuknya oleh makhluk yang berada di langit maupun di bumi, hingga dimintakan ampun oleh ikan-ikan di laut. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi."
BACA JUGA Laba-laba yang Menyelamatkan Rasulullah di Gua Tsur, Bagaimana Hukum Merusak Sarang Laba-laba ?

Hadits diatas menyiratkan betapa agama Islam begitu mulia, mengutamakan, dan menghargai orang yang berilmu pengetahuan.  Bahkan melebihi keutamaanya orang yang ahli ibadah tapi bodoh. Menjadi jelas pula bahwa dalam agama Islam, menuntut ilmu dan mengembangkan budaya ilmiah itu termasuk bagian dari sebuah ibadah, juga merupakan tuntutan agama. Jadi tidak semata karena desakan kebutuhan zaman atau tuntutan dari institusi negara.  Itulah kunci mengapa dahulu pada masa kegemilangan peradaban Islam, banyak lahir ilmuan-ilmuan besar Muslim yang telah membatu diakui dunia dalam banyak cabang keilmuan. Mereka menekuni disiplin keilmuan atas motif ajaran Islam, bukan tuntutan negara (daulah) waktu itu. Begitu peduli dan perhatiannya agama Islam akan pentingnya ilmu pengetahuan, banyak pula ayat Al-Qur'an memberi dorongan dan motivasi agar seseorang mencintai ilmu.Berbagai apresiasi, penghargaan dan dorongan yang bersumber baik dari Al-Qur'an ataupun Sunnah Nabi sebagaimana membuat kaum muslim pada saat ini khususnya yang masih berstatus mahasiswa, pelajar dan santri bisa lebih giat dan tekun lagi dalam mempelajari suatu ilmu dan mengembangkan tradisi ilmiah.  Menyadarkan bahwa menurut pandangan Islam kegiatan dan aktivitas belajar dan menuntut ilmu baik di lembaga pendidikan formal atau nonformal yang ditempuh oleh seorang Muslim orientasinya tidak melulu mengejar ijazah, gelar dan jabatan tertentu.Kesimpulan :
  • Ilmu adalah diatas segala-galanya. 
  • Derajat adalah tingkatan, maka manusia itu tergantung pada keilmuannya tingkatan-tingkatan tersebut menunjukkan derajat manusia dan yang perlu diperhatikan ilmu yang dapat meninggikan derajat 
  • Ilmu yang bermanfaat bagi keseluruhan jika orang itu ahli dalam ilmu umum maka didunia akan ditinggikan.
  • Ilmu adalah standart keabsahan suatu amalan, tidak benar suatu amalan atau tindakan seseorang tanpa dilandasi ilmu (tidak diterima amalan tersebut).
  • Kewajiban tiap muslim dalam upaya mentaati perintah agama.

islam