You're Reading a Free Preview Show
Selasa, 07 Apr 2015 13:27 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari Kesehatan Dunia yang jatuh tepat hari ini, 7 April 2015, mengangkat topik tentang keamanan pangan. Topik ini sangat penting karena berhubungan dengan kebutuhan hidup dasar manusia, yaitu makan dan minum.Isu keamanan pangan menjadi penting mengingat banyak masyarakat yang kurang peduli dan adanya masyarakat lain yang memanfaatkan ketidakpedulian ini dengan menggunakan bahan pengawet beracun ke dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sebut saja penggunaan formalin, boraks dan rhodamin dalam makanan dan minuman.Di sisi lain juga sering ditemukan adanya penggunaan daging celeng untuk bakso atau menyamarkan daging celeng seperti daging sapi. Terakhir, terjadi penemuan tempat produksi nata de coco yang menggunakan pupuk untuk campuran pembuatan produk makanan tersebut.
ADVERTISEMENT SCROLL TO RESUME CONTENT “Beberapa hal yang harus diperhatikan jika bahan beracun masuk ke dalam tubuh cepat atau lambat akan terjadi dampak yang tidak inginkan dalam tubuh kita,” tulis Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam dari FKUI-RSCM, dalam keterangan tertulis yang diterima CNN Indonesia, Selasa (7/4).Dijelaskan Ari, formalin merupakan cairan pengawet mayat yang sampai sekarang masih digunakan di lingkungan rumah sakit untuk mengawetkan sampel jaringan tubuh manusia dari hasil biopsi atau sampel langsung yang diambil pada saat operasi sebelum diperiksa di laboratorium.Formalin tidak berwarna dan mempunyai bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kg/L dalam suhu 20 derajat Celsius. Penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa formalin terdapat pada makanan yang sehari-hari kita konsumsi, misalnya mi basah, ikan asin, bakso dan tahu. Bahkan terakhir formalin ditemukan pada kikil, makanan favorit sebagian masyarakat Indonesia.“Formalin bagi tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen (menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif,” tulis Ari menjelaskan. “Uap dari formalin sendiri sangat berbahaya jika terhirup oleh pernapasan dan juga sangat berbahaya dan iritatif jika tertelan oleh manusia.”Untuk mata, seberapa encer pun formalin tetap bersifat iritatif. Jika sampai tertelan, maka orang tersebut harus segera diminumkan air putih sebanyak mungkin dan segera diminta untuk memuntahkan isi lambungnya.“Dampak buruk bagi kesehatan pada seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang berlangsung kronik. Apa yang terjadi pada masyarakat kita yang mengonsumsi makanan yang mengandung formalin tentunya paparan ini berlangsung kronik,” tulis Ari.Dampak buruk bagi kesehatan jika terpapar formalin secara kronik dan berulang-ulang antara lain sakit kepala, radang hidung kronis (rhinitis), mual-mual, gangguan pernapasan, baik berupa batuk kronis atau sesak napas kronis. Gangguan pada persarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, dan sulit berkonsentrasi. Pada perempuan akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.Pada manusia penggunaan formalin jangka panjang dapat menyebabkan kanker mulut dan tenggorokan. Pada penelitian binatang, ternyata formalin menyebabkan kanker kulit dan kanker paru.“Formalin juga dapat diserap oleh kulit dan seperti telah disebutkan di atas juga dapat terhirup oleh pernapasan kita. Oleh karena itu, melalui kontak langsung dengan zat tersebut tanpa menelannya juga sudah dapat berdampak buruk bagi kesehatan,” katanya.Formalin juga dapat merusak persarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persarafan tubuh (neurotoksik). Sampai sejauh ini, informasi yang ada menyebutkan tidak ada level aman bagi formalin jika tertelan oleh manusia.“Sekali lagi, jelas bahwa zat ini sangat berbahaya jika terpapar pada tubuh manusia baik kontak langsung, terhirup ataupun tertelan.”(mer/mer)
LIVE REPORT
Untuk mengawetkan makanan, pedagang yang nakal terkadang menambahkan formalin buatan, bahan pemutih dan pengawet yang telah dilarang penggunaannya untuk makanan oleh Kementerian Kesehatan. Kasus penyalahgunaan formalin kerap terjadi di masyarakat. September lalu, misalnya, muncul pemberitaan tentang penyalahgunaan penggunaan formalin pada buah anggur yang diimpor dari Cina. Pedagang sengaja menambahkan formalin pada anggur untuk memperpanjang masa simpan dari anggur. Banyak penjual makanan dan buah-buahan tetap menggunakan formalin untuk memperpanjang masa simpan karena bahan ini mudah digunakan, gampang didapat, dan harganya relatif murah dibanding bahan pengawet lain. Selain itu, formalin merupakan senyawa yang dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang menarik, misalnya, pada mie, kerupuk, dan bakso. Apa itu formalin? Apa dampak formalin terhadap kesehatan? Dan bagaimana cara mengenali makanan yang telah ditambahkan formalin? Join 175,000 people who subscribe to free evidence-based news.Formalin alami vs buatanFormalin, merupakan larutan formaldehid dengan konsentrasi sekitar 37%. Di alam, semua bentuk kehidupan – bakteri, tanaman, ikan, hewan dan manusia – secara alami menghasilkan formaldehid, gas yang tidak mudah terbakar dan sangat reaktif, sebagai bagian dari metabolisme sel. Senyawa ini juga merupakan bahan kimia pembangun yang penting seperti produksi vaksin. Formalin dapat ditemukan secara alamiah dalam makanan hingga 300-400 ppm (part per million), termasuk pada buah-buahan, sayuran, daging, dan ikan laut. Sebagai hasil antara dalam metabolisme, sebagian besar organisme mengandung formaldehide dalam kadar rendah. Kadar formalin yang terjadi secara alami dapat bervariasi tergantung dari jenis dan kondisi makanan. Misalnya, riset Farrhin Nowshad dan koleganya (2018) dari Bangladesh University dan P. Wahed dan koleganya (2016) dari Bangladesh menemukan beberapa jenis buah yang memiliki kandungan formalin alami seperti apel, pisang, pir, semangka, dan anggur. Di dalam buah anggur, formalin alami dapat ditemukan sekitar 22,4 ppm. Untuk makanan yang mengandung formalin alami, tidak ada peraturan internasional tentang tingkat referensinya. Satu studi menunjukkan bahwa formaldehid tidak menumpuk pada tubuh manusia karena cepat terurai oleh proses metabolisme alami tubuh. Begitu masuk ke tubuh, formaldehid dengan cepat dipecah menjadi bahan kimia lain. Sebagian besar bahan kimia ini dengan cepat meninggalkan tubuh melalui urin. Formaldehid juga dapat dikonversi menjadi karbon dioksida dan dikeluarkan oleh tubuh melalui pernafasan. Sedangkan di lingkungan, formaldehid cepat terurai di udara oleh kelembaban dan sinar matahari, atau oleh bakteri di tanah atau air. Formaldehid memiliki bau menyengat, dapat menyebabkan iritasi mata, dan uapnya bereaksi cepat dengan selaput lendir hidung, tenggorokan, dan saluran pencernaan pada konsentrasi tinggi. Senyawa kimia ini memiliki titik didih 90-100 derajat Celsius, pH 2,8-4,0 dan dapat bercampur dengan air, alkohol, dan aseton. Selain diproduksi di alam, formalin dapat diproduksi secara massal di pabrik. Formalin buatan pabrik umumnya digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet dalam industri pembuatan resin plastik, industri kayu, kertas dan tekstil. Bahan kimia ini kerap dipakai untuk mengawetkan mayat. Formalin buatan inilah yang kerap disalahgunakan untuk pengawet makanan dan buah-buahan. Pengaruh formalin terhadap kesehatanBerdasarkan standar Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA), batas maksimum formalin yang diperbolehkan dikonsumsi dalam makanan adalah 100 ppm (part per million) yaitu 100 mg/kg makanan per orang per hari. Jika dikonsumsi pada konsentrasi yang lebih tinggi dari batas tersebut, formalin dapat menyebabkan kerusakan pada saluran pencernaan, ginjal, hati dan paru-paru, bahkan dapat menyebabkan kanker. (Penggunaan formalin buatan untuk pengawet makanan jelas-jelas dilarang). Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah mengelompokkan formalin sebagai zat karsinogenik berdasarkan studi paparan melalui pernafasan. Sebagai contoh, kanker nasofaring yang merupakan bentuk kanker yang sangat langka berhubungan dengan paparan formaldehid. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan:
Mengenali makanan yang berformalinAda beberapa penanda bahwa makanan dan buah-buahan telah ditambahi formalin non-alami. Secara alamiah buah-buahan segar biasanya dikelilingi oleh banyak serangga pecinta buah, tapi buah-buahan yang telah dicelup/disemprot formalin akan bebas dari lalat, lebah, semut atau serangga pecinta buah lainnya. Buah yang dicelupkan ke dalam larutan formalin terasa keras saat disentuh. Warna kulit buah menjadi kusam dan tidak akan berubah seiring waktu. Sementara, ikan yang terkontaminasi formalin, teksturnya kaku, sisik keras, insang merah, mata jernih, dan tidak memiliki ‘bau amis’ sehingga bebas dari lalat yang terbang di sekitarnya. Formalin memiliki sifat kimia yang mudah larut dalam air, sehingga sebelum memakan buah-buahan sebaiknya dicuci terlebih dulu dengan air mengalir. Anda juga bisa merendam buah dalam air, kemudian buang air hasil rendaman. Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparan formalin pada makanan adalah memasaknya sampai suhu 90-100 derajat celsius sehingga formalin akan menguap terbawa udara. If so, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. With the latest scientific discoveries, thoughtful analysis on political issues and research-based life tips, each email is filled with articles that will inform you and often intrigue you.
Editor and General Manager Find peace of mind, and the facts, with experts. Add evidence-based articles to your news digest. No uninformed commentariat. Just experts. 90,000 of them have written for us. They trust us. Give it a go. If you found the article you just read to be insightful, you’ll be interested in our free daily newsletter. It’s filled with the insights of academic experts, written so that everyone can understand what’s going on in the world. Each newsletter has articles that will inform and intrigue you. Komentari artikel ini |